Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesian (FIB UI), dalam rangka Dies Natalisnya yang ke-73, menyelenggarakan Seminar Hasil Temuan Penelitian Arkeologi Terpadu Indonesia II (PATI II) kemaren (12/12) di Kampus FIB UI Depok.
Dalam kegiatan ini tampil lima orang pemakalah dari empat universitas peserta kegiatan PATI II, yaitu Musadad (UGM), Rochtri Agung Bawono (Udayana), Ali Akbar (FIB UI), Irmawati Johan (FIB UI) dan Supriadi (FIB UNHAS) memaparkan temuan-temuan mereka dalam kegiatan peneltian tersebut.
Program PATI yang digagas oleh Hashim Djojohadikusumo, Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) dan dirumuskan oleh para pakar arkeologi dari FIB UI ini pertamakali diluncurkan pada tahun 2008, melibatkan 4 univesitas yang memiliki program studi arkeologi (UI, UGM, Udayana dan UNHAS). Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan PATI II pada 16-29 September 2012, melibatkan sejumlah dosen dan mahasiswa arkeologi dari keempat universitas tersebut dan juga disponsori oleh Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD). Selanjutnya, PATI III direncanakan akan dilakukan pada tahun 2014 dengan koordinator FIB UGM.
Pada PATI II ini dilibatkan pula sejumlah siswa SMK di Trowulan dalam upaya melibatkan masyarakat secara aktif dalam kegiatan ekskavasi. Dengan ini diharapkan masyarakat umum akan lebih paham mengenai arti penting dari benda-benda dan situs arekologis yang ada di lingkungan mereka sehingga mereka terpanggil untuk menjaga dan melestarikannya. Hal ini disinggung oleh Irmawati Johan dalam makalahnya pada seminar hasil PATI II tersebut.
Universitas Haluoleo (Unhalu)
Dari seminar ini terungkap bahwa Universitas Haluoleo (Unhalu) Kendari, Sulawesi Tenggara yang berdiri sejak 1981 ternyata juga sudah memiliki jurusan arkeologi, sehingga di Indonesia saat ini ada 5 universitas yang memiliki program studi arkeologi.