Kenang-kenangan dari tiga zaman: satu kisah kekeluargaan tertulis

“Disadari atau tidak, semua kenang-kenangan yang ditulis selalu subyektif, “diri” dan “aku”. Hal demikianlah yang menahan saya untuk menerbitkan kisah ini didalam bentuk buku.

Akhirnya keragu-raguan itu saya tinggalkan, setelah naskah asli yang ditulis dalam bahasa Belanda dibaca oleh salah seorang sahabat saya, Mochtar Lubis, wartawan Indonesia yang cukup terkenal, Beliau berpendapat bahwa keluarga ini mempunyai nilai sejarah juga, khususnya mengenai pergerakan nasional.

Atas usaha beliau, naskah itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Drs. Mohammad Radjab, salah seorang dosen pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia di Jakarta. Kemudian, harian Indonesia Raya membuat terjemahan itu sebagai cerita bersambung dari bulan April samapai dengan Agustus 1969.”

Margono Djojohadikusumo