Balai pelestarian Cagar Budaya Jambi meminta masyarakat untuk mengembalikan temuan arkeologi berupa relief, bata kuno, ataupun manuskrip dan mata uang kuno yang diambil dari Candi Kedaton yang berada di kawasan cagar budaya Muaro Jambi. Pengambilan secara diam-diam atas nama upaya penyelamatan merupakan bentuk pencurian.
“Mereka harus kembalikan kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya karena telah mengambilnya tanpa izin,” ujar Kepala Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan BPCB Jambi Rusmeijeni Setyorini.
Pernyataan tersebut terkait banyaknya warga yang mengambil relief dan bata kuno di komplek Candi Kedaton dengan alasan ingin mengamankannya dari upaya pencurian. Menurut Rusmeijeni, pengambilan tanpa izin dalam kompleks cagar budaya yang merupakan milik negara berarti pencurian dan dapat tersangkut sanksi hukum.
Menurut Rusmeijeni, pihaknya juga telah berupaya menjaga relief-relief temuan di Candi Kedaton pada tempat yang aman
“Tidak benar jika dikatakan BPCB tidak menjaga relief-relief kuno. Selama ini ada tempat untuk menyimpannya,” lanjutnya.
Warga sekitar situs Muaro Jambi, Ahok, mengatakan, inisiatif warga lokal menyelamatkan puluhan relief, manuskrip kuno, ribuan mata uang kuno, dan peninggalan lainnya semestinya dihargai pemerintah. Relief-relief tersebut terancam dicuri oleh banyaknya pengunjung di Candi Kedaton. Ahok bahkan pernah beberapa kali menggagalkan upaya pencurian oleh sejumlah wisatawan asing.
“Kami bukan mencuri, melainkan hanya mengamankan. Semua relief kuno ini akan dikembalikan jika sudah ada tempat aman untuk menyimpannya,” tuturnya.
Warga pernah mengingatkan pihak BPCB untuk segera mengamankan temuan arkeologi di Kedaton, tetapi, menurut Ahok, hal itu kurang mendapat perhatian.
Masyarakat lokal, kata Ahok, berinisiatif membangun museum desa di sekitar kawasan situs Muaro Jambi. “Ini sebagai upaya mengonservasi benda-benda arkeologi di sini,” lanjutnya.
Kawasan cagar budaya Muaro Jambi terdiri atas sejumlah candi besar dan ratusan struktur candi yang belum terangkat. Kompleks utama kawasan ini memiliki Candi Gumpung dan Candi Tinggi yang menjadi lokasi peribadatan agama Buddha dan kunjungan wisata. Ada juga kompleks Candi Kedaton yang sejak 2012 dalam proses ekskavasi (Kompas, 24 Januari 2014/ITA)