Pembuatan kawasan khusus penyelamatan macan tutul jawa (panthera pardus melas) yang rentan berkonflik dengan manusia mendesak. Tiga belas tahun terakhir, ada 40 kasus macan tutul jawa yang keluar habitat akibat perebutan wilayah dan berkonflik dengan manusia yang dipicu penyempitan habitat alami.

“Tak semua macan tutul jawa keluar dari hutan akibat kekurangan makanan. Sekitar 90 persen pertemuan macan tutul jawa dengan manusia dipicu perebutan wilayah dengan macan tutul jawa lain setelah habitat alaminya menyempit. hampir semua macan tutul jawa itu jantan muda yang kebingungan mencari wilayah jelajah baru,” kata peneliti Utama di Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Badan penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan Hendra Gunawan di Bogor, Rabu (29/1), pada Konferensi Nasional Konservasi Macan tutul Jawa.

Keluarnya macan tutul jawa dari wilayah jelajah itu membutuhkan penanganan khusus. Jika macan tutul jawa itu dikembalikan ke habitat sama, konflik serupa akan terjadi kembali.

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) terekam oleh kamera jebakan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat, 1 November 2012.( foto Kompas)

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) terekam oleh kamera jebakan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat, 1 November 2012.( foto Kompas)

Direktur Taman Safari Indonesia Tony Sumampau mengatakan, kawasan penyelamatan itu diharapkan bisa menyelamatkan keberadaan macan tutul jawa di tengah minimnya luas hutan habitat alami. Jika tidak segera digagas akan semakin banyak macan tutul jawa jadi korban.

Sebelumnya, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan memberikan dukungan pembuatan tempat penyelamatan macan tutul jawa itu. (CHE/Kompas 30 januari 2014)