SAVE TROWULAN — IzinPabrik Baja di TrowulanDibatalkan

SAVE TROWULAN — IzinPabrik Baja di TrowulanDibatalkan

Akhirnya, pendirian pabrik baja dapat dicegah. Namun situs ini perlu tetap dijaga dan dijauhkan dari pelbagai aktivitas yang mengancam.

Pada 9 Oktober 2013, World Monument Fund mengumumkan bahwa Trowulan merupakan situs pusaka yang terancam kehancuran sehingga masuk dalam senarai World Monument Watch 2014. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)

 Komunitas sejarawan dan budayawan beserta rombongan pemerhati kelestarians itus Trowulan di Kabupaten Mojokerto, JawaTimur, bernapas lega. Gubernur Jatim Soekarwo, padaJumat (18/10) lalu telahmembatalkan izin pendirian pabrik besi baja pada lahan seluas dua hektare di Desa Bejijong danWates Umpak, Trowulan.  Bupati Mojokerto Mustafa Kemal Pasha pun setuju mendorong investor pabrik baja menjual kembali lahan yang sudah dibeli di kedua desa tersebut dan memindahkan lokasi pabrik kekawasan industri lain.

Keberhasilan menyelamatkan Trowulan dari pendirian pabrik baja ini dapat dilakukan melalui para seniman lokal hingga nasional yang bersama serentak menyuarakan protes secara terus-menerus, selama beberapa bulan terakhir.

 Meskipun begitu, kekhawatiran akan masa depan situs Trowulan tetap ada. Jika tidak dilakukan perlindungan hukum yang tegas untuk Trowulan, situs ini masih terancam berbagai eksploitasi.

 Hashim Djojohadikusumo dari Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) mengatakan, ketika BPPI bersama Jaringan Pelestarian Majapahit menyerahkan 10.314 tandatangan yang terhimpun daripetisi daring #SaveTrowulan, “Saya sudah sampaikan kepada Bupati, bahwa November 2013 ini Ditjen Kebudayaan – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah akan meresmikan selesainya hasil survei yang akan mengamankan situs Trowulan tak hanya melalui Undang-Undang Cagar Budaya, tetapi juga melalui pengawasan internasional.”

Ditjen Kebudayaan dalam surveinya akan menetapkan area steril seluas ratusan kilometer persegi di sekeliling Trowulan, diperuntuk kan sebagai area kegiatan konservasi dan advokasi.  Tidak saja pada benda cagar budaya, warisan tak tampak, melainkan juga terhadap kelangsungan ekonomi dan manfaat situs bagi masyarakat setempat. (National Geographic Indonesia 20 Oktober 2013)