Kisah Pangeran Diponegoro sebagai tahanan negara Belanda di stadhuis atau balai kota, yang sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta, dihidupkan oleh aktor Landung Simatupang, Rabu (5/3) malam, di Museum Sejarah Jakarta, dalam pentas pembacaan dramatik.

Pemtas tersebut merupakan baian dari pertunjukan utama tentang Diponegoro bertajuk “Sang pangeran: Ke Penmgasingan” yang akan ditampilkan Lansung Kamis (6/3) pukul 18.30 di bentara Budaya Jakarta.

Pentas Rabu malam berdurasi 30 menit itu berlangsung di bekas kediaman Kepala Penjara Belanda, di bagian sayap barat Museum Sejarah Jakarta. Di tempat ini, Diponegoro pernah ditahan bersama keluarganya selama satu bulan 8 April-3 Mei 1830, sebelum diasingkan ke Manado, Sulawesi Utara.

Teks yang dibacakan dalam pentas Landung tersebut diambil dari buku Kuasa Ramalan karya sejarawan Peter carey dan babad Diponegoro yang merupakan otobiografi Sang Pangeran.

Landung tampil di hadapan sejumlah undangan membacakan teks dengan iringan gamelan, tembang, dan tarian yang digarap untuk menghidupkan kisah Sang Pangeran: Ke Pengasingan. Nuansa kesedihan muncul di antara iringan gamelan dan tembang Asmaradhana yang terasa menyayat hati.

Bagi Landung, pentas ini merupakan bentuk apresiasinya terhadap pengakuan UNESCO terhadap Babad Diponegoro sebagai ingatan kolektif dunia pada 21 Juni 2013.

Direktur Eksekutif bentara Budaya Hariadi Saptono menuturkan, pentas Sang Pangeran yang digelar di Jakarta merupakan rangkaian pentas yang telah digelar sejak dua tahun lalu di Magelang dan Yogyakarta. (Kompas 6 Maret 2014/DOE)