Satwa liar, sesuai dengan namanya, merupakan makhluk yang seharusnya hidup secara liar di habitat alaminya, namun masih banyak oknum yang tidak bertanggung jawab menjadikan satwa liar sebagai hewan peliharaan. Ada banyak alasan di balik tindakan tersebut. Beberapa orang beranggapan bahwa memelihara satwa liar adalah sebuah prestasi, gengsi, tantangan, simbol status atau strata sosial, eksotisme, hobi, apapun alasannya tentunya demi kepuasan kalangan sendiri.
Banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan menjadikan satwa liar sebagai hewan peliharaan. Mulai dari pengurangan populasi, ancaman kepunahan, hingga ancaman menyebarnya penyakit zoonosis, yakni penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia maupun sebaliknya.
Zoonosis bersumber satwa liar, dalam hal ini orangutan, sangat berpotensi untuk menular ke manusia. Terlebih lagi, DNA orangutan dan manusia memiliki kecocokan lebih dari 90 persen. Zoonosis orangutan-manusia ada banyak jenisnya. Namun, ada 4 penyakit yang krusial sehingga harus kita perhatikan bersama, yaitu: Tuberculosis, Hepatitis, Cacingan, dan Malaria.
1. Tuberculosis
Penyakit Tuberculosis (TB) disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni bakteri dari golongan gram positif yang menyebabkan infeksi pada paru-paru. Bakteri ini berpindah dari saluran pernapasan melalui percikan dahak, bersin, tertawa atau berbicara, kontak langsung, atau dari bahan pangan dan air minum yang tercemar. Penderita dari penyakit ini akan menunjukkan gejala seperti demam, penurunan berat badan secara tiba-tiba, berkeringat di malam hari, serta batuk terus menerus selama lebih dari 2 minggu.
2. Hepatitis
Penyakit Hepatitis, atau yang bisa dikenal dengan radang hati disebabkan oleh virus dan hingga saat ini terdapat 5 tipe hepatitis, yaitu A, B, C, D, dan E. Hepatitis yang umum ada di Indonesia adalah A dan B. Pembeda antara hepatitis A hingga E terletak pada agen penyebabnya, cara penularan, masa inkubasi, hingga metodologi peneguhan diagnosa melalui pemeriksaan laboratorium. Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan antara 5 penyakit tersebut.
Hepatitis dapat menyebabkan sirosis hati, yakni kondisi abnormal dimana pada hati terdapat masa berbenjol-benjol layaknya seperti wajah berjerawat. Sirosis bisa membuat hati seseorang mengecil karena mengkerut. Sirosis hati biasanya menjadi perjalanan akhir dari hepatitis kronis.
3. Cacingan
Ada 3 tipe/golongan cacing yang hidup sebagai parasit, yakni nematoda (gilig/gelang), cestoda (pita), dan trematoda (cacing isap yang berbentuk seperti daun). Pada dasarnya, cacing hidup pada pencernaan hewan maupun manusia bersifat komensal, artinya tidak menguntungkan dan merugikan jika jumlahnya sedikit, sehingga merupakan flora normal dalam tubuh.
Cacing-cacing dalam tubuh akan menyebabkan sakit, bahkan kematian jika berkembang biak dalam jumlah yang banyak. Ada beberapa faktor penyebab perkembangbiakan cacing seperti stres, kondisi lingkungan yang buruk, umur yang sudah tua, maupun komplikasi dari penyakit lain yang diakibatkan oleh imunitas tubuh yang drop. Cacing dapat menular dan masuk ke tubuh kita melalui feses yang tercemar, kulit, dan agen perantara (vektor). Cacing, selain terdapat di saluran pencernaan, juga ada beberapa jenis yang berpredileksi (lokasi infeksi) di hati dan mata.
Cara mendiagnosa/mengkonfirmasi hewan/manusia mengalami cacingan bisa dengan makroskopis maupun mikroskopis. Secara makroskopis, dengan melihat gejala klinis dan menemukan cacing pada feses. Adapun secara mikroskopis, telur dan/atau larva cacing dapat diperiksa di bawah mikroskop. Gejala umum dari kondisi cacingan adalah nafsu makan menurun, diare (kadang berdarah), gatal di sekitar anus, nyeri perut, mual, penurunan berat badan, kurus, kelelahan, dan anemia.
Cara mencegah agar cacing tidak menular adalah mengkonsumsi obat cacing secara rutin. Bagi yang bekerja di lembaga konservasi orangutan dengan intensitas kontak yang sering, dapat mengkonsumi obat cacing 3-6 bulan sekali. Selain itu, menjaga kebersihan dan kontrol agen perantara juga penting untuk dilakukan.
4. Malaria
Penyebab penyakit malaria adalah Plasmodium knowlesi, yakni protozoa parasitik yang menular melalui vektor (agen perantara) nyamuk Anopheles sp betina. Selain dari gigitan nyamuk, penularan juga dapat terjadi melalui kontak darah, karena parasit terdapat di dalam darah.
Malaria dapat mengakibatkan anemia, demam tinggi, dehidrasi, serta tekanan darah menurun tiba-tiba. Gejala paling cepat muncul sekitar satu minggu setelah digigit nyamuk Anopheles sp yang terinfeksi. Umumnya, masa inkubasinya adalah 7-18 hari.
Mengingat perlunya kita menjaga diri dari ancaman penyakit zoonosis bersumber orangutan, cara paling efektif untuk melindungi diri kita sendiri adalah jangan memelihara orangutan, sehingga kontak fisik antara orangutan dengan diri kita tidak terjadi. Bagaimana dengan para pekerja/pegiat konservasi orangutan? Vaksinasi adalah tindakan yang tepat, serta Medical Check Up rutin perlu untuk dilakukan.