Festival Trowulan Majapahit (FTM) merupakan rangkaian acara seni dan budaya yang diselenggarakan untuk memperingati hari jadi Majapahit, kerajaan besar yang pernah berjaya di Bumi Nusantara antara abad 13 sampai 15. FTM pertama kali diselenggarakan pada 6-24 November 2014 untuk memperingati 721 tahun sejak penobatan Nararya Sanggramawijaya atau Raden Wijaya sebagai raja pertama Majapahit di tahun 1293. Acara yang merupakan kerjasama komunitas pemerhati budaya ini sekarang telah menjadi agenda tahunan di Trowulan, Mojokerto yang diyakini sebagai bekas ibukota Kerajaan Majapahit. Adapun Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) melalui Mandala Majapahit Trowulan (ManMa Trowulan) yang terlibat dalam membidani acara ini sejak tahun 2014 bersama Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), pada tahun 2018 kembali menyelenggarakan acara ini untuk memperingati 725 tahun usia Majapahit.
FTM 725 digelar setiap akhir pekan di bulan November 2018, dengan puncak acara jatuh pada tanggal 9-10 November 2018 yang diyakini sebagai tanggal penobatan Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit. Perayaan penobatan ini berlangsung sepanjang satu bulan yang juga diterapkan dalam FTM. Acara sepanjang bulan November ini melibatkan segenap lapisan masyarakat di Trowulan lintas generasi. Acara ini juga dibuka bagi peneliti dan akademisi, praktisi pelestari, serta masyarakat umum yang tertarik dengan Majapahit dan pelestarian budaya secara luas.
Acara FTM 725 dimulai dengan Pra-Acara berupa Sowan Leluhur pada tanggal 12-14 Oktober 2018 dan 2-4 November 2018, yaitu memohon doa kepada para leluhur dengan melakukan ritual di situs-situs yang berhubungan dengan para penguasa Singasari dan Majapahit seperti Candi Jajaghu, Candi Kidal, Candi Singosari, Petirtaan Ken Dedes, Candi Boyolangu, Candi Sanggrahan, dan Candi Ngetos.
Pada akhir pekan pertama YAD mengundang seniman Heru Mataya dari Surakarta untuk mempersiapkan 725 panji-panji Nusantara yang terinspirasi dari warna-warna simbol kabupaten, kota, dan provinsi di seluruh Indonesia. Akhir pekan kedua pada 9-10 November 2018 merupakan puncak acara dari FTM 725, dan diisi dengan Jelajah Pusaka, Kirab Budaya, Gelar Seni dan Orasi Budaya.
Puncak acara hari pertama pada tanggal 9 November 2018 digelar di Gapura Bajang Ratu dengan tema ‘Tokoh Muda Memaknai Majapahit di Masa Milenial’, menampilkan ritual melukis panji-panji oleh Nanang Moeni, diiringi oleh tarian bedaya yang dibawaan oleh kelompok Candiliya dari Yogyakarta, lalu diakhiri dengan orasi budaya dari Bapak Adrianus Waworuntu dan Bapak Eko Prasetyo.
Puncak acara hari kedua pada tanggal 10 November 2018 digelar di Candi Brahu, mengusung tema ‘Bangkitnya Nilai-Nilai Majapahit Demi Kejayaan Nusantara’ dengan doa lintas agama, tarian pembuka Candiliya, diikuti pertunjukan teatrikal bertajuk Prapanca dan Negarakertagama oleh Komunitas Save Trowulan sebelum memasuki acara utama yakni orasi budaya dari Bapak Hashim Djojohadikusumo.
Acara di akhir pekan ketiga adalah ‘Dialog Komunitas Trowulan: Linggan vs Cagar Budaya’ di mana YAD bersama BPPI dan ManMa Trowulan menyelenggarakan pertemuan dengan kepala desa dan pekerja linggan (pencetak bata merah) dari empat desa yaitu Desa Wonorejo, Desa Jatipasar, Desa Sentonorejo, dan Desa Trowulan. FTM 725 resmi ditutup pada akhir pekan keempat ini dengan ritual penutupan di puncak gunung Pawitra pada tanggal 24-25 November 2018.
-Widya Amasara