Festival Trowulan Majapahit (FTM) 2014, Keselarasan Keberagaman Indonesia

Festival Trowulan Majapahit (FTM) 2014, Keselarasan Keberagaman Indonesia

Kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Nararya Sanggramawijaya pada tahun 1293 telah tercatat dengan tinta emas dalam sejarah. Kebesaran dan kejayaannya mampu menyatukan nusantara dalam satu panji kedaulatan. Melalui kebesaran Majapahit kita mendapatkan inspirasi positif untuk lebih merekatkan lagi persatuan Indonesia, merajut keberagaman budaya serta kekayaan alam Indonesia untuk kesejahteraan rakyat.

Di samping itu, rintisan kerja sama dan jejaring persahabatan yang telah dimulai oleh Kerajaan Majapahit di abad ke-13 telah menunjukkan bagaimana hubungan antar bangsa dibangun dengan baik. Sejarah mengungkapkan terjadinya akulturasi budaya, interaksi religi, hubungan humanitas dan interaksi pola pemikiran yang membentuk jatidiri  berbagai bangsa di dunia dalam dinamika kehidupan sampai saat ini.

Melalui peran penting Kerajaan Majapahit dalam percaturan dunia, kita mendapatkan inspirasi positif untuk menguatkan jejaring di tingkat dunia. Hubungan baik yang dilanjutkan oleh bangsa Indonesia saat ini untuk saling mengisi kerjasama di berbagai bidang mulai dari sosial, budaya, ekonomi, politik dan lainnya, tidak hanya hubungan diplomasi antar pemerintah namun juga hubungan kuat antar masyarakatnya.

 Pelestarian Pusaka Majapahit

Berbagai tinggalan kebesaran Majapahit tersebar di beberapa lokasi dan saat ini belum tampil dengan optimal sebagai suatu  kesatuan yang mengesankan. Situs ibukota kerajaan  Majapahit yang terkenal dengan kearifan dan kebesarannya, sebagian masih tersembunyi di bawah tanah, dan sebagian terancam oleh galian liar, perusakan lingkungan, dan kegiatan yang tak bertanggungjawab.

Warga Trowulan yang sehari–harinya tinggal dan beraktivitas di kawasan ini berkeinginan kuat untuk melestarikan pusaka (heritage) tinggalan Kerajaan Majapahit. Warga bersama-sama para pemerhati pelestarian dan institusi yang peduli bergabung bersama dalam wadah Mandala Majapahit (ManMa) yang diinisiasi oleh Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD)  sebagai sebuah forum untuk mewadahi berbagai kegiatan pelestarian di Trowulan.

Keinginan yang kuat dan kepedulian yang tinggi ini bermuara pada sebuah gagasan untuk merayakan hari jadi Majapahit setiap bulan November agar menjadi suatu kegiatan rutin tiap tahunnya.

Pemahaman, kecintaan, dan kerja keras untuk penyelamatan, pelestarian, dan pengembangan pusaka Majapahit perlu lebih diperkuat lagi agar berbagai tinggalan yang sangat berharga itu tidak rusak, hilang, atau punah akibat ketidaktahuan, ketidak perdulian, dan salah urus. Kerusakan akan terus berlangsung jika para pencinta dan pemerhati tidak segera bersatu dan bergerak dalam gerakan pelestarian.

 Festival Trowulan Majapahit (FTM) 2014

Masyarakat Trowulan, khususnya dari desa Watesumpak dan Bejijong bekerjasama dengan Mandala Majapahit menyelenggarakan Festival Trowulan Majapahit yang pertama pada 6-23 November 2014 dalam rangka peringatan 721 tahun Majapahit dengan tema “Keselarasan Keberagaman Indonesia”. Kegiatan ini merupakan ajang karya dan penampilan dari masyarakat desa Watesumpak dan Bejijong bersama para pemerhati dan pencinta  pusaka Majapahit lainnya.  Berbagai kelompok seni  dari luar Trowulan, daerah Jawa Timur lainnya, Solo, Bali dan Sulawesi juga diundang berperanserta dalam festival ini. Sejumlah seniman dan penari dari luar negeri seperti India, Singapura, Jepang, Amerika dan Mexico juga ikut meramaikan festival perdana ini.

Festival Trowulan Majapahit ini adalah ajang kebersamaan masyarakat Trowulan bersama segenap sahabat dari berbagai daerah di nusantara serta para pemerhati Majapahit dari tingkat nasional dan dunia. Catrini Pratihari Kubontubuh, Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) mengharapkan kegiatan ini dapat mengangkat kembali kebesaran dan kemegahan Majapahit untuk menjadi inspirasi bagi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia serta penguatan jejaring kerjasama antara bangsa-bangsa di tingkat dunia. Festival Trowulan Majapahit diharapkan secara rutin menjadi agenda tahunan di Trowulan.

Ada berbagai festival selama ini yang diselenggarakan dengan nama Majapahit, namun tidak melibatkan masyarakat setempat di Trowulan. FTM 2014 merupakan Festival Majapahit sesungguhnya karena mulai dari gagasan, konsep dan pelaksanaanya dikerjakan oleh masyarakat Trowulan sendiri, terutama dari desa Watesumpak dan Bejijong yang merupakan simpul-simpul pusat Kerajaan Majapahit.  Festival ini adalah kegiatan dari dan oleh masyarakat Trowulan untuk pelestarian pusaka mereka.

Kegiatan Festival Trowulan Majapahit 2014  ini menampilkan berbagai kegiatan antara lain: gelar seni yang  diadakan setiap akhir pekan di bulan November 2014, pameran yang berlangsung di beberapa tempat di Trowulan, seminar arkeologi internasional dan peluncuran buku “Inspirasi Majapahit” yang dihadiri sejumlah pakar dari berbagai universitas di Indonesia, Singapura dan Australia. Selain itu juga ada   bazaar produk kreatif Trowulan dan ritual pada malam bulan purnama.

Penyelenggara kegiatan adalah masyarakat Trowulan yang tergabung dalam wadah Mandala Majapahit dengan didukung oleh berbagai pihak antara lain Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Tim Penelitian Arkeologi Terpadu Indonesia (PATI) – Universitas Gadjah Mada (UGM), Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), Save Trowulan, Sanggar Tari Bhagaskara, Sanggar Gulo Klopo, Bumi Purnati Indonesia, Padepokan Lemah Putih, World Monuments Fund dan komunitas mitra lainnya yang tergabung dalam Sahabat Trowulan.

Ketua YAD, Hashim Djojohadikusumo dengan keluarga dan tim YAD lainnya hadir di Candi Brahu pada 21 November 2014 untuk menyaksikan pertunjukan teater Kidung Gayatri Rajapatni yang sangat mengesankan dan direka berdasarkan epik Negarakrtagama. Pertunjukan ini menggambarkan sosok Gayatri,  putri dari Raja Kertanegara, rajapatni (permaisuri) dari Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit, ibu dari Ratu Tribuwana Tungga Dewi dan nenek dari Raja Hayam Wuruk yang memimpin Majapahit pada masa keemasan. Di belakang layar kebesaran  Kerajaan Majaphit terdapat peran penting seorang wanita, Gayatri Rajapatni.

[inpost_fancy thumb_width=”100″ thumb_height=”100″ post_id=”4437″ thumb_margin_left=”11″ thumb_margin_bottom=”10″ thumb_border_radius=”5″ thumb_shadow=”0 1px 4px rgba(0, 0, 0, 0.2)” id=”” random=”0″ group=”0″ border=”” show_in_popup=”1″ album_cover=”” album_cover_width=”225″ album_cover_height=”225″ popup_width=”800″ popup_max_height=”600″ popup_title=”Gallery” type=”fancy” sc_id=”sc1447118112550″]