Felidae atau kelompok satwa jenis kucing yang terdiri dari kurang lebih 36 spesies dan tersebar hampir diseluruh dunia. Berdasarkan ukuran tubuhnya, felidae dibagi menjadi tiga, yaitu kucing kecil, kucing sedang, dan kucing besar. Khususnya dipulau Sumatera, terdapat enam spesies kucing liar dari berbagai kelompok ukuran. Diketahui tersebar di berbagai tipe habitat, mulai dari hutan bakau sampai dengan pegunungan. kucing dampak, kucing hutan, dan kucing batu dikelompokkan sebagai kucing kecil. Kucing emas dan macan dahan dikelompokkan sebagai kucing sedang. Satu-satunya kucing liar yang dikelompokkan sebagai kucing besar ialah harimau.
Harimau sumatera merupakan satu-satunya anak jenis harimau yang tersisa di Indonesia. Sebelumnya terdapat tiga anak jenis harimau asal Indonesia dimana dua diantaranya, harimau bali dan harimau jawa, namun dinyatakan punah sekitar tahun 1940 dan 1980-an. Bahkan, harimau sumateraa saat ini mengalami penurunan populasi dan menuju kepunahan. Adalah satu penyebab kepunahannya yaitu akibat adanya perburuan secara besar-besaran dan semakin menyempitnya habitat alami yaitu hutan. Dalam penelitian yang lain di India menyebutkan bahwa perburuan ungulata oleh masyarakat berpengaruh terhadap kelimpahan harimau.
Satwa yang memiliki daya jelajah yang luas ini, sebagian besar waktu hidup harimau digunakan menjelajah untuk memenuhi kebutuhannya dalam mendapatkan mangsa, beristirahat, bereproduksi, mencari tempat perlindungan dan aktivitas lainnya. Luas jelajah harimau berbeda, tergantung subspecies harimau tersebut dan jenis kelamin. Misalnya Harimau Siberia, memiliki daerah jelajah yang paling luas; jantan 1.385 km2 dan betina 390 km2. Di taman nasional Nagarhole India, daerah jelajah harimau jantan adalah 25,7 km2 dan betina 16,5 km2. Sedangkan di Indonesia sendiri, daerah jelajah harimau jantan translokasi mencapai 236 km2.
Harimau sumatera memiliki kepadatan yang rendah. Dibeberapa taman nasional di Sumatera, terdapat variasi kepadatan harimau dalam area seluas 100 km2 . Misalnya survey pendugaan harimau di area perlindungan intensif. Misalnya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan pada tahun 2015 memperkirakan sekitar 3,2 individu harimau hidup di area seluas 100 km2 . Sementara di Taman Nasional Berbak–Sembilang kepadatan harimau diperkirakan sebanyak 1.2 ekor tiap 100 km2 . Pendugan kepadatan populasi disalah satu site monitoring di Taman Nasional Kerinci Seblat pada tahun dan luasan yang sama adalah 1,2 ekor.
Populasi harimau sangat bergantung pada pada kelimpahan mangsa (prey based), perilaku hidup yang soliter, dan daerah jelajah yang cukup luas. Hasil penelitian di kawasan TNBBS dan TNKS menunjukkan adanya korelasi positif antara keberadaan Harimau Sumatera dengan rusa sambar (rusa unicolor), babi hutan (Sus scrofa), dan kijang muntjak (Muntacus muntjak).
Harimau bersifat territorial, menguasai suatu luasan tertentu sebagai daerah kekuasaan untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Luasan teritori ini bergantung pada kondisi lingkungan, jenis kelamin, kelas umur, dan keberadaan mangsanya. Secara umum, luas minimum teritori 15-20 km2 . Setiap individu harimau memiliki luasan teritori yang berbeda, luasan teritori jantan umumnya lebih besar dan mencakup beberapa teritori betina.
Sifat yang lain ialah Kriptif dan Elusif. Kriptif merupakan sifat suatu makhluk yang dapat menyamar atau tersamarkan. Sifat ini dimiliki harimau sebagai kamuflase dalam melakukan perburuan satwa mangsa. Harimau berambut kuning keemasan dangan garis hitam merupakan penyamaran yang hampir sempurna saat megintai mangsa. Pola loreng harimau yang berbaur di dalam kerimbunan pepohonan dengan cahaya dan bayangan menjadikannya sulit diketahui. Sedangkan pengertian elusif dalam Bahasa Indonesia adalah sukar dipahami. Dari pengertian tersebut ada irisan pengertian arti antara kriptif dan elusif. Namun sifat elusif sendiri condong pada sifat harimau yang cenderung menghindar dari pandangan dan interaksi manusia. Pengalaman tim Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHS-KS) selama lebih dari satu dekade berpatroli sangat jarang melaporkan pertemuan langsung dengan harimau. Demikian di site PR-HSD ARSARI yang telah melakukan rehabilitasi hampir lima tahun sejak awal berdirinya, juga menemukan hal yang sama. Pengamatan tim medis pada harimau yang berada di kandang semi alami (enklosur) yakni cenderung menghindar atau bersembunyi dari petugas.
Semakin mengenalnya #SAHABATARSARI pasti akan semakin cinta dengan si belang, si raja hutan ini. Mari kita jaga bersama ya,,,.
SALAM LESTARI!!
*Panduan Pemantauan Populasi Harimau Sumatera, KLHK-2017