Sesuai dengan salah satu misi Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) di bidang pelestarian budaya maka YAD bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya – Universitas Gadjah Mada akan menyelenggarakan Kuliah Umum pada:
Hari, tgl: Kamis, 21 Mei 2015
Waktu: 14:30 – 16:00 WIB
Tempat: Ged. RM Margono Djojohadikusumo Lt. 2, FIB – UGM, Yogyakarta
Narasumber: Prof. Dr. John N. Miksic dan Dr. Goh Geok Yian
Kuliah ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.
Research at Bagan Palace, Burma
Bagan (pengucapan [pəɡàN]), di Myanmar, adalah sebuah kota tua yang terletak di Divisi Mandalay, Myanmar. Kota tua yang dibangun sekitar abad ke 11 sampai 13 ini, merupakan peninggalan kerajaan Bagan atau Kerajaan Pagan. Sebelumnya wilayah ini dijuluki Arimaddanapura atau Arimaddana dan juga disebut Tambadipa atau Tassadessa. Kota yang juga dikenal sebagai kota sejuta pagoda ini, sebelumnya merupakan ibukota dari beberapa kerajaan kuno di Burma.
Bagan, sekarang, mencakup areal seluas kurang lebih 42 kilometer persegi. Daerah seluas ini banyak dihiasi dengan ribuan pagoda kuno, stupa, kuil, aula pentahbisan dan monumen. Bagan merupakan salah satu situs arkeologi terkaya di Asia Tenggara yang memiliki 2230 monumen yang masih berdiri, tetapi sayangnya ada sekitar 1000 monumen yang sudah jadi reruntuhan, Pada awalnya terdapat sekitar 4500 monumen, tetapi sebanyak 600 diantaranya hilang terbawa banjir Ayeyarwady-Irawadi.
Bagan, sekarang dapat dibagi menjadi tiga zona. Zona yang pertama adalah Nyang-U, yang merupakan pusatnya para turis. Di sini banyak hotel, rumah makan, kafe, dan penyewaan kendaraan. Zona kedua adalah Kota Tua Bagan, yang memiliki banyak peninggalan pagoda dan kuil. Tempat itu merupakan tujuan wisata para turis. Zona terakhir adalah New Bagan, yang sudah banyak bangunan modern dan memang tidak diperuntukkan bagi wisata karena hanya ada permukiman penduduk.
Kompleks Kota Tua Bagan adalah semacam area yang dikelilingi benteng. Tapi benteng itu kini tinggal puing-puingnya saja. Di dalam kompleks itu terdapat candi dan kuil, di antaranya Kuil Ananda Phaya, yang dianggap paling suci; Candi Thatbyinnyu, yang merupakan candi tertinggi; dan Candi Gawdawpalin, yang menjadi salah satu tempat peribadatan terbesar di Bagan. Di luar kompleks kota tua Bagan terdapat candi yang bernama Candi Htilomino.
Bagi masyarakat awam mungkin akan sedikit bingung untuk membedakan antara candi, kuil dan pagoda. Di sini orang agak lebih mudah untuk memahami perbedaan antara candi, kuil, dan pagoda.Kuil di dalamnya ada lorong (buat pedagang) dan ada ruang (biasanya berisi patung Buddha untuk berdoa). Sementara itu, candi adalah bangunan yang biasanya tidak ada ruang untuk berdoa, jadi hanya sebuah bangunan. Sedangkan pagoda adalah bangunan seperti candi tapi memiliki stupa, yang biasanya dilapisi emas. Ada juga situs yang memiliki gabungan candi dan kuil. Untuk membedakan satu pagoda yang dianggap sakral dengan yang tidak, dapat dilihat dari banyaknya penduduk yang berjualan di depan halaman pagoda. Yang mereka jual adalah sesajen berupa rangkaian bunga dan cendera mata untuk wisatawan. Tidak mengherankan jika kita akan dikerubuti para pedagang itu ketika akan memasuki pagoda.
Kuil yang terbesar adalah Candi Ananda dan Pagoda Shwezigon. Kuil ini sangat mirip dengan Sukhothai di negara Thailand dan beberapa tempat di Kamboja, tetapi kawasan ini jauh lebih besar, selain itu juga terdapat pagoda yang sangat besar. Di samping itu juga terdapat pagoda Shwesandaw Phaya, yang merupakan lokasi dimana para turis paling banyak menggunakannya sebagai tempat untuk melihat matahari terbenam. Persis di depan banguna pagoda ini, terdapat bangunan memanjang yang di dalamnya terdapat sebuah patung Budha yang sedang tidur dengan ukurang yang sangat besar, sebesar bangunan tersebut.
Informasi lebih lanjut, hubungi:
N. Arya Subamia
Koord Bid Pelestarian Budaya & Lingkungan YAD
arya@yad.or.id