Kuliah Umum Prof. Dr. John Miksic dan Dr. Goh Yian Geok: Research at Bagan Palace, Burma

Kuliah Umum Prof. Dr. John Miksic dan Dr. Goh Yian Geok: Research at Bagan Palace, Burma

Dalam rangka pelestarian budaya, Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Kuliah Umum pada Kamis 21 Mei 2015 di Gedung RM Margono Djojohadikusumo Kampus Bulaksumur UGM, Yogyakarta. Kuliah umum yang diberi judul “Research at Bagan Palace, Burma” disampaikan oleh dua narasumber yaitu Prof. Dr. John Norman Miksic  dari National University of Singapore (NUS) dan Dr. Goh Yian Geok dari Nanyang Technological University of Singapore (NTU).

Kuliah umum ini tidak hanya menarik bagi mahasiswa Arkeologi. Peserta juga berasal dari jurusan lainnya di UGM serta beberapa praktisi budaya dari Jogja. Catrini Kubontubuh, Direktur Eksekutif YAD dan Nyoman Arya Subamia, Koordinator Bidang Pelestarian Budaya YAD juga menghadiri acara ini yang disiarkan secara livestreaming melalui media.ugm.ac.id/streaming.

Penelitian Istana Bagan, Burma

DSCN0057Bagan (pengucapan [pəɡàN]), di Burma atau Myanmar, adalah sebuah kota tua yang terletak di Divisi Mandalay, Myanmar. Kota tua yang dibangun sekitar abad ke 11 sampai 13 ini, merupakan peninggalan kerajaan Bagan atau Kerajaan Pagan. Sebelumnya wilayah ini dijuluki Arimaddanapura atau Arimaddana dan juga disebut Tambadipa atau Tassadessa. Kota yang juga dikenal sebagai kota sejuta pagoda ini, sebelumnya merupakan ibukota dari beberapa kerajaan kuno di Burma.

Bagan, sekarang, mencakup areal seluas kurang lebih 42 kilometer persegi.  Daerah seluas ini dihiasi ribuan pagoda kuno, stupa, kuil, aula pentahbisan dan monumen. Bagan merupakan salah satu situs arkeologi terkaya di Asia Tenggara yang memiliki 2230 monumen yang masih berdiri dan sekitar 1000 monumen lainnya sudah menjadi reruntuhan. Pada awalnya terdapat sekitar 4500 monumen, tetapi  600 di antaranya sudah hilang tersapu banjir Ayeyarwady-Irawadi.

Sekarang Bagan dapat dibagi menjadi tiga zona. Zona pertama adalah Nyang-U, yang merupakan pusat wisata. Di sini banyak hotel, rumah makan, kafe, dan penyewaan kendaraan. Zona kedua adalah Kota Tua Bagan, yang memiliki banyak peninggalan pagoda dan kuil. Tempat itu merupakan tujuan wisata para turis. Zona terakhir adalah New Bagan, yang sudah banyak bangunan modern dan memang tidak diperuntukkan bagi wisata karena hanya ada permukiman penduduk.

Kompleks Kota Tua Bagan adalah semacam area yang dikelilingi benteng. Tapi benteng itu kini tinggal puing-puingnya saja. Di dalam kompleks itu terdapat candi dan kuil, di antaranya: Kuil Ananda Phaya, yang dianggap paling suci; Candi Thatbyinnyu, yang merupakan candi tertinggi; dan Candi Gawdawpalin, yang menjadi salah satu tempat peribadatan terbesar di Bagan. Di luar kompleks kota tua Bagan terdapat candi yang bernama Candi Htilomino.

Bagi masyarakat awam mungkin akan sedikit membingungkan untuk membedakan antara candi, kuil dan pagoda. Di sini orang agak lebih mudah untuk memahami perbedaan antara candi, kuil, dan pagoda. Kuil di dalamnya ada lorong (buat pedagang) dan ada ruang (biasanya berisi patung Buddha untuk berdoa). Sementara itu, candi adalah bangunan yang biasanya tidak ada ruang untuk berdoa, jadi hanya sebuah bangunan. Sedangkan pagoda adalah bangunan seperti candi tapi memiliki stupa, yang biasanya dilapisi emas. Ada juga situs yang memiliki gabungan candi dan kuil. Untuk membedakan satu pagoda yang dianggap sakral dengan yang tidak, dapat dilihat dari banyaknya penduduk yang berjualan di depan halaman pagoda. Yang mereka jual adalah sesajen berupa rangkaian bunga dan cendera mata untuk wisatawan. Tidak mengherankan jika kita akan dikerubuti para pedagang itu ketika akan memasuki pagoda.

Kuil yang terbesar adalah  Candi Ananda dan Pagoda Shwezigon. Kuil ini sangat mirip dengan Sukhothai di negara Thailand dan beberapa tempat di Kamboja, selain kawasanya yang jauh lebih besar, juga terdapat pagoda yang sangat besar. Di samping itu juga terdapat pagoda Shwesandaw Phaya, yang merupakan lokasi dimana para turis paling banyak menggunakannya sebagai tempat untuk melihat matahari terbenam. Persis di   depan bangunan pagoda ini terdapat bangunan memanjang yang di dalamnya terdapat sebuah patung Budha sedang tidur dengan ukurang yang sangat besar, sebesar bangunan tersebut.

Ada 5 pertanyaan kunci dalam penelitian Prof. Miksic dan Dr. Geok tentang Bagan yaitu: (1) Dimanakah awalnya situs kota (urban sites) ini dimulai; (2) Apakah tipe situs kota ini; (3) Bagaimana hubungan Bagan dengan situs-situs kota yang lain; (4) Apakah peran perdagangan dalam menentukan berkembangnya kota-kota ini di masanya dulu; (5) Bagaimanakah peran keramik dalam penelusuran perkembangan kota-kota di Myanmar.

[inpost_fancy thumb_width=”100″ thumb_height=”100″ post_id=”4448″ thumb_margin_left=”11″ thumb_margin_bottom=”10″ thumb_border_radius=”5″ thumb_shadow=”0 1px 4px rgba(0, 0, 0, 0.2)” id=”” random=”0″ group=”0″ border=”” show_in_popup=”1″ album_cover=”” album_cover_width=”225″ album_cover_height=”225″ popup_width=”800″ popup_max_height=”600″ popup_title=”Gallery” type=”fancy” sc_id=”sc1446535900552″]