MAJAPAHITOLOGI

MAJAPAHITOLOGI

Mandala Majapahit UGM

Artikel ini diterbitkan pertama kali pada bulan November 2022 (Warta YAD Vol. 18 – 2022)

November ini merupakan peringatan pendirian kerajaan Majapahit yang ke-729 tahun. Di sela-sela peringatan terselip pula renungan proyeksi seperti apa kiranya yang akan dibayangkan ke depan untuk melestarikan warisan budaya peradaban Majapahit ini. Mandala Majapahit UGM dalam aktivitasnya berupaya untuk menghimpun berbagai kajian ilmiah (dan baru sedikit kajian populer) mengenai Majapahit. Kajian-kajian tersebut berupa karya ilmiah perguruan tinggi berbagai strata, hasil riset, artikel jurnal dari dalam dan luar negeri, serta buku-buku terbitan (termasuk fiksi-sejarah) bertema Majapahit dari berbagai  aspek.

Kami menyaksikan betapa upaya pelestarian warisan budaya Majapahit sangatlah luas dan telah menarik banyak peneliti dari berbagai bidang ilmu untuk membidik berbagai aspek peradaban Majapahit dari masing-masing sudut pandang keilmuannya. Bentang kajian bertema Majapahit dijumpai dari klaster ilmu sains dan teknologi, ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan bahkan dari klaster seni. Sebagian kajian-kajian tersebut bersifat monodisiplin dari bidang ilmu tertentu, namun tak sedikit yang menggarapnya dengan pendekatan multidisiplin, interdisiplin, bahkan transdisiplin. Muara kajian-kajian tersebut baik yang berupa luaran (output) maupun hasil (outcome) berupa kemanfaatan yang praktis sampai dengan kontribusi teoritis.

Dari beragam pengertian, definisi, dan terminologi yang disebut multidisiplin adalah strategi riset yang melibatkan setidaknya dua disiplin akademik dengan tujuan menggabungkan perspektif dan bersifat aditif yang cenderung sedikit interaksi antar disiplin tersebut. Interdisiplin merupakan strategi riset yang melibatkan transfer antar disiplin akademik yang di dalamnya terjadi percampuran beberapa disiplin yang terlibat. Pendekatan ini cenderung bersifat interaktif dan terjadi interaksi antar disiplin. Sementara itu, transdisiplin cenderung melibatkan pemangku kepentingan di luar akademisi. Pendekatan ini menyiratkan perpaduan antara pengetahuan berbagai disiplin dengan pengetahuan awam yang terkadang menghasilkan suatu konsep baru, teori, metodologi, bahkan inovasi baru yang bersifat holistik, yaitu pendekatan secara menyeluruh dari berbagai disiplin.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut tebersit cita-cita untuk memperkenalkan suatu istilah yang mewakili atau mewadahi kajian-kajian bertema Majapahit dengan istilah: MAJAPAHITOLOGI. Kami membayangkan bahwa Majapahitologi ini akan menjadi salah satu kata kunci (keyword) dalam berbagai pengkajian Ilmiah. Kurang lebih hampir serupa dengan Egyptology yang merupakan studi semua aspek peradaban Mesir Kuno dari berbagai perspektif yang mengadopsi berbagai pendekatan dan metode dari teoritis dalam ranah humaniora hingga ilmu pasti (hard sciences) seperti fisika untuk penanggalan radiokarbon. Namun tak sama halnya dengan Egyptology yang telah menjadi disiplin akademik di perguruan tinggi, Majapahitologi sepertinya tidak akan mengarah ke sana.

Untuk saat ini memang belum terbayang bagaimana cara untuk mewujudkan gagasan Majapahitologi ini. Mungkin saja diperlukan waktu yang tidaklah singkat dalam formulasinya hingga diakui oleh masyarakat ilmiah (baik dalam, maupun luar negeri). Namun jalan menuju arah itu setidaknya sudah mulai dirintis, misalnya dengan keberadaan direktorimajapahit.id yang diinisiasi oleh Mandala Majapahit dan YAD. Misi dari masing-masing Mandala Majapahit baik Trowulan, Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, Universitas Hasanuddin di Makassar, dan Universitas Udayana di Denpasar yang akan hadir, akan secara konsisten mengakumulasi kajian-kajian ilmiah mengenai Majapahit yang di produksi di wilayah-wilayah tersebut. Hal ini akan diperkaya pula dengan proyeksi keberadaan ManMa di tempat lain yang tidak menutup kemungkinan berdiri di beberapa perguruan tinggi lain seperti misalnya Universitas Indonesia di Jakarta, Universitas Jambi di Jambi, dan Universitas Halu Oleo di Kendari. Tempat-tempat tersebut merupakan lokasi keberadaan program studi Arkeologi yang dirancang sebagai motor penggerak upaya pelestarian Warisan Budaya Majapahit dalam menghimpun, mendokumentasikan, sekaligus men-diseminasi-kan nilai-nilai budaya Majapahit.

Upaya ini dirasa tidaklah berlebihan, mengingat nilai-nilai budaya Majapahit yang diakui signifikan bagi salah satu pembentukan karakter bangsa (national character building) NKRI. Warisan budaya Majapahit telah terbukti menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, bahkan menjadi model dalam beberapa aspek kenegaraan NKRI. Secara geopolitik, Kerajaan Majapahit dianggap sebagai salah satu kerajaan besar yang wilayah kekuasaan atau wilayah pengaruhnya hampir meliputi seluruh kepulauan Nusantara. Citra sebagai pemersatu Nusantara ini telah mengangkat kerajaan Majapahit menjadi model bagi NKRI. Berbagai pencapaian budaya masyarakat Majapahit yang berkembang sejak abad ke-13 hingga abad ke-15 ini telah diserap baik sebagai ilham maupun model bagi penataan kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai budaya Majapahitpun dapat dianggap sebagai salah satu elemen modal untuk pembangunan Ketahanan Nasional dalam hal ini Ketahanan Sosial Budaya.

Dengan demikian dipandang cukup relevan jika Majapahitologi ini adalah salah satu upaya pelestarian warisan budaya Majapahit dari aspek akademis. Diharapkan akan tercipta diskursus dalam waktu-waktu yang akan datang mengenai bagaimana dan seperti apa Majapahitologi ini akan tercapai. Sumbangan pemikiran dari berbagai pihak dalam berbagai bentuk niscaya akan ikut andil dalam mewujudkan gagasan ini, semoga.

Penulis: Jujun Kurniawan