Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) pada Dies Natalisnya yang ke-74 pada Senin 1 Desember 2014 telah mengukuhkan Prof. Dr. Peter Carey sebagai Adjunct (visiting) Professor di FIBUI. Pengangkatan Prof. Carey tersebut yang telah dilaksanakan secara resmi pada April 2013 itu, didukung oleh Yayasan ARSARI Djojohadikusumo (YAD).
Dalam acara yang bertempat di Auditorim Gedung I FIBI UI ini, Peter Carey menyampaikan pidato ilmiah berjudul “The Uses and Abuses of History: A British Historian’s View of Indonesia”. Dalam pidato tersebut, Peter Carey membahas banyak hal tentang Indonesia. Ia mengritik sikap pemerintah dan masyarakat Indonesia yang sedikit salah kaprah dalam menyikapi sejarah. Misalnya saja sejarah tsunami.
Buku-buku pelajaran di sekolah dasar, menengah, dan atas hampir tidak ada yang mengajarkan tanggap bencana tsunami, termasuk sekolah-sekolah yang ada di daerah rawan tsunami. Yang diajarkan tentang tsunami hanya terbatas pada takhayul atau cerita-cerita mistis tanpa penjelasan ilmiah tentang sebab terjadinya tsunami dan cara mengatasinya.
Penganugerahan gelar Adjunct Professor tersebut diberikan atas dedikasinya yang tinggi terhadap riset tentang Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Hal ini juga terkait dengan kurangnya jumlah guru besar ahli sejarah, utamanya di Departemen Sejarah, FIB UI.
Peter Carey yang juga merupakan Fellow Emeritus di Trinity College, Oxford, Inggris selama ini sangat intensif melakukan riset yang berfokus pada Indonesia, Timor Timur dan Burma. Di Indonesia, sejarawan senior ini sangat dikenal sebagai peneliti dan pemerhati Pangeran Diponegoro. Salah satu bukunya tentang Pangeran Diponegoro yang terdiri dari 3 jilid, berjudul Kuasa Ramalan, Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa 1785—1855 yang diterbitkan pada tahun 2011, merupakan buku sejarah yang sangat komprehensif terkait Pangeran Diponegoro. (Sumber: FIBUI dan Peter Carey/zhn)